PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN
BAHAN AJAR
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Setelah kita menyimak panjang lebar penjelasan tentang cara penyusunan
berbagai jenis bahan ajar, maka tiba waktunya sekarang untuk memahami hal-hal
penting berikutnya yang menjadi bagian integral dari garis tugas kita menyusun
bahan ajar, yaitu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar dalam proses
pembelajaran. Sulit rasanya proses pembelajaran bisa efektif dan menyenangkan
jika bahan ajar yang digunakan tidak pas dengan kebutuhan pesrta didik. Untuk
itulah, pada bab ini kita akan mengkaji bersama cara-cara untuk mengetahui pas
tidaknya suatu bahan ajar digunakan dalam proses pembelajaran, serta cara
menggunakan bahan ajar yang tepat dalam proses pembelajaran.
A. Memahami Prinsip-Prinsip
Pemilihan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemilihan bahan
ajar memnuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip \-prinsip tertentu
agar kita tidak salah pilih bahan ajar. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada
satu jenis bahan ajar pun yang sempurna, yang mampu melayani segala tuntutan
dan kebutuhaan pembelajaran. Karena, setiap jenis bahan ajar memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Untuk itulah kita memerlukan prinsip-prinsip
umum dalam pemilihan bahan ajar.
Menurut Arif dan Napitupulu (1997), ada beberapa prinsip yang mesti kita
pegang dalam memilih bahan ajar. Pertama, isi bahan aja hendaklah sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya. Ketiga,
bahan ajar hendaklah betul-betul baik dalam penyajian faktualnya. Keempat,
bahan ajar hendaklah benar-benar menggambarkan latar belakang dan suasana yang
dihayati oleh peserta didik. Kelima, bahan ajar hendaklah mudah dan
ekonomis penggunaannya. Keenam, bahan ajar hendaklah cocok dengan gaya
belajar peserta didik. Ketujuh, lingkungan dimana bahan ajar digunakan
harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.
Adapun langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk memilih bahan ajar
agar pas dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran meliputi lima langkah pokok.
Pertama, tentukan tujuan untuk apa kita ingin menggunakan suatu bahan ajar.
Kedua, pelajari bidang bahan ajar yang kita butuhkan (misalnya kesehatan,
pertanian, pensisikan dasar, perindustrian, dan sebagainya). Kwtiga, buatlah
perincian tentang jenis bahan ajar yang kita cari (misalnya bahan ajar buku
cetak, bahan ajar cetak bukan buku, bahan ajar audio, bahan ajar audio-video,
bahan ajar interkatif, dan bahan ajar lainnya).
Keempat, tentukan apakah bahan ajar tersebut akan digunakan untuk
memotivasi peserta didik agar mau belajar, mengajari mereka isi bidang (ilmu
pengetahuan) tertnetu, bahan belajar lanjutan, atau kelompok. Kelima, pilih
bentuk bahan ajar yang tepat dan lakukan penilaian pada beberapa kriteria
berikut: kesesuaian tujuan dengan tujuan-tujuan pengajaran; ketepatan
penggunaan bahasa pada tingkat pengetahuan dan pengertian peserta didik;
ketepatan cara penyajian; contoh-contoh yang ditarik dengan tepat dari lapangan
yang sesungguhnya; latihan-latihan yang memadai dan berdasarkan tujuan; serta
aspek-aspek fisik (misalnya ukuran bahan ajar, jenis ukuran yang digunakan,
kertas yang digunakan, kualitas percetakan, penjilidan dan harga).
Dengan memahami prinsi-prinsip ataupun langkah-langkah pemilihan bahan
ajar tersebut, kita menjadi mudah dalam mengidentifikasi bahan ajar mana yang
tepat untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan. Sebagaimana telah
kita pahami sejak awal bahwa setiap jenis bahan ajar mempunyai kellebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karenanya, kita tidak bisa jika hanya
mengembangkan dan menggunakan satu jenis bahan ajar tertentu secara ekstrem.
Kombinasi atau integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih
baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan
penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar
untuk setiap jenis bahan ajar.
1. Pemilihan Bahan Ajar Cetak
Secara umum, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan
ajar cetak. Pertama, kita harus memmperhatikan informasi yang terkandung
didalamnya, apakah sesuai dengan bahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi pesrta didik atau tidak. Kedua, jangan sampai bahan ajar yang kita
pilih terkandung materi yang kurang sesuai dengan materi yang seharusnya
menjadi menu peserta didik dalam mencapai kompetensinya.
Sedangkan secara khusus, untuk mengetahui apakah bahan ajar cetak yang
kita gunakan sudah tepat atau belum, ada beberapa pertanyaan yang mesti kita
jawab sebagaimana disajikan dalam Tabel 1. Jika jawaban yang kita berikan
sesuai dengan apa yang tercantum di dalam tanda kurung, berarti pilihan bahan
ajar yang kita gunakan sudah tepat.
Tabel 1.
Daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar cetak
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah
materi pelajaran lebih mengarah kepada aspek kognitif daripada keterampilan
psikomotorik atau perubahan sikap? (jawaban seharusnya “Ya”)
|
||
2
|
Apakah
diperlukan peragaan gerak? (Jawaban seharusnya “Tidak”)
|
||
3
|
Apakah
perlu rangsangan audio? (Jawaban seharusnya “Tidak”)
|
||
4
|
Apakah
perlu mengemas dan mendistribusikan media ini dalam jumlah banyak?
(Jawaban seharusnya “Ya”) |
(Sumber:
Anderson, 1997)
Selanjutnya, pertimbangan pemilihan untuk masing-masing jenis bahan ajar
cetak, dijelaskan secara rinci dalam uraian berikut.73Diknas,
Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar (Jakarta: Ditjen Dikdasmenum,
2004)
a. Pemilihan Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar handout
adalah sebagai berikut:
1)
Substansi
materi memiliki relavansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2) Materi
memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur,
perbandingan, rangkuman, dan sebagainya.
3)
Padat
pengetahuan
4)
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
5)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
6)
Menuntun
pendidik secara teratur dan jelas.
7)
Dapat
diambil dari buku atau hasil download dari internet.
8)
Jenis
kegiatan pembelajaran yang cocok menggunakan handout, yaitu:
a) Hampir
semua materi cocok menggunakan bahan ajar handout. Namun, sesuai dengan
fungsinya, handout biasanya dipadukan dengan bahan ajar lain misalnya LKS atau
modul.
b) Handout
biasanya juga disiapan untuk keperluan memperkaya informasi pada suau seminar
atau kegiatan ceramah.
b. Pemilihan Buku Teks pelajaran
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar buku teks adalah sebagai
berikut:
1)
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2) Materi
dalam buku lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap,
antara lain tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman,
dan sebagainya.
3)
Padat
pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan.
4)
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
5)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
6)
Penampilan
fisik bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.
7)
Buku
dapat dibeli di toko-toko buku (kalau buku berbahasa asing dapat dipesan
melalui internet).
c. Pemilihan Modul
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar modul adalah sebagai
berikut:
1) Substansi
materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
2) Modul
tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup, antara lain judul, pernyataan
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk penggunaannya,
informasi, langkah kerja, dan penilaian.
3) Materi
memberikan penjelasan secara lengkap tentang definis, klasifikasi, prosedur,
perbandingan, rangkuman, dan sebagainya.
4)
Padat
pengetahuan.
5)
Kebenaran
materi dapat dipertanggugjawabkan.
6)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
7)
Menuntun
guru dan siswa, sehingga mudah digunakan.
8)
Beberapa
modul dapat di-download dari internet.
d. Pemilihan LKS
Beberapa pertimbangan untuk mmemilih bahan ajar LKS adalah sebagai
berikut:
1) Substansi
materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai
oleh peserta didik, sesuai dengan yang tertuang dalam buku Kurikulum 2004.
2)
Terdapat
pernyataan tentang kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik.
3)
Dilengapi
dengan petunjuk bagi pendidik atau peserta didik.
4)
Memiliki
daya pikat, terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas, dan sebagainya.
5)
Dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang memudahkan pendidik atau peserta didik dalam
memudahkan pendidik atau peserta didik dalam mengajar atau belajar, misalnya
petunjuk tentang referensi yang dapat diacu terkait dengan materi yang
dipelajari.
6) LKS
seharusnya sudah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dan hal ini
harus tertuang dalam petunjuk.
7)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
8)
Menuntun
pendidik secara teratur dan jelas.
9)
Dapat
dibeli dipasaran.
10)
Substansi
materi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
e. Pemilihan Brosur
Brosur biasanya tersedia ditempat-tempat, seperti museum, objek wisata
sejarah, atau perusahaan swasta. Brosur bisa secara langsung digunakan sebagai
bahan ajar apabila memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:
1)
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2)
Materi
memberikan penjelasan secara lengkap dan jelas tentang substansi yang
disajikan.
3)
Padat
pengetahuan.
4)
Kebenaran
materi dapat dipertanggugjawabkan.
5)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
6)
Menarik
peserta didik untuk membacanya, baik dari penampilan maupun isinya.
7) Dapat
diambil dari berbagai tempat yang menyediakan brosur, baik instansi pemerintah
maupun perusahaan swasta.
f. Pemilihan Leaflet
Leaflet juga bisa diperoleh dari berbagai tempat, seperti museum, objek
wisata, sera instansi pemerintah maupun swasta. Dalam memilih leaflet sebagai
bahan ajar, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
1)
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2) Materi
memberikan informasi secara jelas dan lengkap dan tentang hal-hal yang penting
sebagai informasi.
3)
Padat
pengetahuan.
4)
Kebenaran
materi dapat dipertanggugjawabkan.
5)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas.
6)
Menarik
peserta didik untuk membacanya, baik dari penampilan maupun isi materinya.
7) Dapat
diambil dari berbagai museum, objek wisata, instansi pemerintah, instansi
swasta, atau hasil download dari internet.
g. Pemilihan Wallchart
Untuk meilih wallchart, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal yang
terkait dengan penyajiannya, antara lain:
1) Substansi
materi yang disajikan dalam bentuk wallchart harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2) Bagan
atau grafik yang disajikan harus benar secara substansi, atau dengan kata lain
tidak menampilkan data yang salah.
3) Ditampilkan
dengan skala yang sesuai, sehingga terlihat logis.
4) Ada
pertimbangan antara besarnya kertass dan bagan yang ada di dalamnya, sehingga
bagan tampak indah dipandang. Biasanya, sebuah lembaran wallchart tidak akan
habis oleh bagan yang ada di dalamnya, melainkan terdapat sisa di sisi kanan,
kiri, atas, dan bawahnya.
5)
Beberapa
wallchart dapat dibeli di toko.
h. Pemilihan Foto atau Gambar
Dalam memilih foto atau gambar, kita juga harus mempertimbangkan beberapa
hal yang terkait dengan penyajiannya, antara lain:
1) Substansi
materi yang disajikan dalam bentuk foto atau gambar mesti memiliki relevansi
dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)
Gambar
yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
3) Ditampilkan
dengan skala yang sesuai, sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
4)
Gambar
menampilkan judul atau keterangan.
5)
Beberapa
foto atau gambar dapat dibeli di toko buku.
2. Pemilihan Bahan Ajar Model atau Maket
Model atau maket belum banyak dijula dipasaran. Umumnya, bahan ajar
tersebut (terutama model) diimpor dari luar negeri. Model bidang fisika
misalnya, banyak diimpor dari Jerman. Adapun beberapa pertimbangan dalam
memilih model atau maket sebagai bahan ajar, antara lain:
a.
Model
atau maket memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan.
b. Model atau maket memiliki ukuran yang
tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat, sehingga dapatt
dipindah-pindahkan oleh satu orang.
c.
Model
untuk biologi harus berukuran sama dengan benda aslinya.
d. Model atau maket bisa diperoleh di
toko, dan dapat juga dilihat di sumber belajar seperti museum atau
perpustakaan.
3. Pemilihan Bahan Ajar Audio
Dalam hal
ini, ada dua jenis bahan ajar audio yang bisa menjadi pilihan kita, yakni radio
dan kaset/PH/CD. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihann keddua jenis
bahan ajar audio tersebut tentu saja tidak sama. Berikut ini adalah
pertimbangan-pertimbangan masing-masing jenis bahan ajar tersebut.
a. Pemilihan Bahan AJar Radio
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih radio sebagai
bahan ajar, antara lain:
1) Subtansi materi yang disajikan dalam
program radio harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
2) Program radio yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3) Direkam terlebih dahulu atau siaran
langsung yang baik, agar bisa didengar dengan jelas.
4) Dilengkapi dengan keterangan
tertulis.
5) Beberapa radio siaran menyediakan
program pendidikan.
b. Pemilihan
Bahan AJar Kaset/PH/CD
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam memilih jenis bahan ajar
kaset/CD/PH, antara lain:
1) Substansi materi yang disajikan dalam
bentuk kaset/PH/CD harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2) Kaset/PH/CD yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran.
3) Direkam pada pita kaset/PH/CD yang
baik agar jelas didengar.
4) Dilengkapu dengan keterangan
tertulis.
5) Beberapa kaset/PH/CD dapat dibeli di
toko buku.
c. Pemilihan
Bahan Ajar Audio Menurut Anderson
Sementara itu, Anderson (1978) menawarkan timbangan lain dalam pemilihan
bahan ajar audio. Pertama-taama, pertimbangkan tujuan dan materi pelajaran.
Setelah itu, media audio harus memiliki paling tidak satu kriteria yang tersaji
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar audio
No.
|
Kriteria
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah
peserta didik tak dapat membaca, atau mereka mengalami kesulitan dalam
memahami media cetak?
|
||
2
|
Apakah
materi pelajaran mengandung rangsangan pendengaran yang relevan untuk
diberikan kepada peserta didik?
|
||
3
|
Apakah
pelajaran itu mengajarkan kemampuan verbal atau respon terhadap rangsangan
verbal yang akan dijumpai di lapangan?
|
||
4
|
Dapatkah
bahan ajar audio dianggap sebagai cara praktis untuk menambah keragaman
mengajar dengan mengganti media?
|
Sebagai catatan penting, alat-alat audioo mempunyai kerangka waktu yang
tidak dapat diubah dalam penyajian pengajaran. Secara tak langsung, ini berarti
aspek kecepatan sendiri (self pacing) dalam pengajaran dan pemilihan isi
harus dimasukan ke dalam materi pelajaran.
4. Pemilihan Bahan Ajar Audiovisual
Bahan ajar audiovisual meliputi dua jenis, yaitu video (film) dan orang.
Secara lebih rinci, cara memilih masing-masing jenis bahan ajar audiovisual
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pemilihan Bahan Ajar Video atau Film
Video atau film untuk keperluan
pendidikan memang belum banyak tersedia dipasaran. Namun, jika suatu ketika
diperlukan untuk membeli, maka dalam memilihnya perlu mempertimbangkan beberapa
hal berikut:
1) Substansi materi yang disajikan dalam
video atau film harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
2) Alur cerita yang ada dalam program
video atau film merupakan sajian menarik dan diturunkan dari standar kompetensi
atau kompetensi dasar dalam kurikulum.
3) Ditampilkan dalam satu cerita yang
menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
4) Kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Durasinya tidak terlalu lama, paling
lama 20 menit.
6) Pilih video atau film yang sesuai,
misalnya tentang suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk,
interview, atau bahkan menampilkan suatu percoabaan yang berproses.
Adapun secara khusus untuk pemilihan video sebagai
bahan ajar, Anderson mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu kita
lakukan dan dijadikan pertimbangan, diantaranya analisis tujuan pembelajaran,
materi yang akan disajikan, serta pertimbangan pendistribusian untuk menentukan
apakah video merupakan media terbaik. Dan, semua jawaban harus “Ya”.
Apakah “gerak” merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pelajaran kita? Ada kalanya kita menganggap bahwa “gerak”
merupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran, padahal sesungguhnya
bukan, bahkan tak perlu. Untuk menjawab “Ya” terhadap pertanyaan ini,
sekurang-kurangnya sati dari kriteria yang tersaji dalam Table 3 terpakai dalam
bahan pelajaran kita.
Tabel 3. Daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar
video
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah
perlu ditunjukan gerak dalam porsi yag besar?
|
||
2
|
Apakah
gerak diperlukan untuk menunjukan keterampilan psikomotorik yang dibutuhkan
untuk memanipulasi objek atau untuk kegiatan fisik tertentu?
|
||
3
|
Apakah
gerak diperlukan untuk memperlihatkan perubahan isyarat visual yang digunakan
oleh orang-orang yang saling berinteraksi, semisal perubahan air muka dan
gerakan badan yang di sertai dengan komunikasi visual
|
||
4
|
Apakah
gerak diperlukan untuk memberikan efek tertentu atau untuk membangkitkan
emosi atau sikap tertentu, dengan pertimbangan materi pelajaran yang dianggap
sudah efektif?
|
||
5
|
Apakah
umpan balik secara visual danlangsung diperlukan untuk memperlihatkan
penampilan fisik serta verbal peserta didik?
|
||
6
|
Apakah
materi dan urutannya sudah sesuai?
|
||
7
|
Apakah
pelajaran yang disajikam menuntut reproduksi yang sama persis?
|
||
8
|
Apakah pelajaran
tersebut akan diperlihatkan atau dipergunakan untuk kelompok kecil, dan
apakah peralatan video tersedia untuk keperluan itu?
|
||
9
|
Apakah
keadaan kursus atau latihan yang diadakan itu sepadan dengan biaya pembuatan
video?
|
||
10
|
Apakah
bahan ajar ini selaras dengan latar belakang populasi peserta didik?
|
(Sumber : Anderson,1987)
b. Pemilihan
Bahan Ajar Orang
Orang atau narasumber, disamping sebagai bahan ajar, kita juga sebagai
sumber belajar. Sebagai bahan ajar, maka orang harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
1) Memiliki latar belakang
pendidikan/pengalaman//keahlian yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik.
2) Memiliki kemampuan untuk menyampaikan
kepintarannya atau keahliannyakepada
orang lain, ditunjukan dengan adanya biodata atau matriks kompetensi.
3) Narasumber dapat dijumpai di instansi
pemerintah atau swasta.
5. Pemilihan Bahan Ajar Interaktif
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ahjar
interaktif, anatara lain:
a.
Substansi
materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b. Program interaktif yang disajikan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c.
Disajikan
dalam bentuk disket atau CD.
d. Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e.
Penyajiannya
menarik.
Sementara itu, dalam sudut pandag Anderson, jika bahan ajar yang
digunakan berbasis kmputer atau menggunakan kaomputer, maka ada sejumlah
pertimbangan yang perlu diperhatikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
termuat dalam bentuk daftar cek seperti terlihat pada Tabel 4. Karena banyaknya
persoalan komleks yang perly dipertimbangkan, daftar ini tidak mungkin
sepenuhnya komprehensif. Pertanyaan-pertanyaan dalam daftar cek ini hanya
menanyaka beberapa persoalan yang paling sering dan umum, yang harus
dipertimbangkan bilsa merencanakan pengembangan suatu sistem berdasarkan
komputer.
Tabel 4. Daftar kriteria pemilihan bahan ajar berbasis komputer
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
|
1
|
Apakah
pengajaran individual diharapkan untuk memenuhi sebagian besar kurikulum
kita? (Tidak ada atau hanya sedikit keuntungan bagi peserta didik jika
diselenggarakan interaksi antarpeserta didik atau campur tangan pendidik
dalam situasi kelas).
|
|||
2
|
Apakah ada
petugas pengembangan yang mampu mempersiapkan pembelajaran bercabang dan
kompleks?
|
|||
3
|
Apakah isi
pelajaran memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengembangangnya supaya
berkualitas? (Pengajaran mandiri memerlukan waktu pengembangan yang lebih
lama daripada yang diajarkan guru. Selain itu, bahan tidak boleh cepat
ketinggalan zaman setelah dikembangkan).
|
|||
4
|
Apakah ada
bahan pengajaran yang memenuhi
kebutuhan pengajaran kita yang
bisa di beli atau disewa?
|
|||
5
|
Apakah anda
telah menentukan media yang diperlukan untuk memberikan stimulus audio dan
visual yang diisyaratkan oleh kurikulum?
|
|||
6
|
Apakah
atasan kita menyetujui penggunaan CAI (Computer Assited Instructional)
|
|||
7
|
Apakah
sudah disediakan dana untuk melakukan percobaan dalam waktu yang cukup dan
untuk pemeliharaannya setelah peralatan dipasang?
|
|||
8
|
Apakah anda
telah mengantisipasi kebutuhan untuk:
|
|||
a.
|
Jaminan
bahan-bahan?
|
|||
b.
|
Waktu
perbaikan atau peningkatan bahan pengajaran?
|
|||
c.
|
Analisis
atau hasil data khusus apa yang diperlukan?
|
|||
d.
|
Prosedur
tes (pengumpulan hasil)?
|
|||
e.
|
Jumlah terminal
dan peralatan media yang berhubungan?
|
|||
f.
|
Lokasi
geogrfis terminal?
|
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kita mempunyai alternatif cara
untuk membuat pertimbangan dalam mengidentifikasi dan memilih bahan ajar
interaktif bagi kegiatan pembelajaran peserta didik. Apakah cocok atau tidak,
serta teapat atau tidak, semua itu dapat kita lihat den cek sendiri dengan
kriteria-kriteria dan pertimbangan-pertimbangan yang telah kita bicarakan di
atas. Dengan upaya ini pula, bahan ajar interaktif yang kita sajikan kepada
peserta didik akan menjadi suatu pilihan yang layak dan tepat bagi peserta
didik.
B.
Penggunaan Bahan Ajar dalam Kegiatan Pembelajaran
Bahan ajar merupakan unsur yang amat penting dalam suatu pembelajaran.
Tanpa kehadiran bahan ajar, mustahil tujuan pembelajaran akan tercapai dan
kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik. Hal ini sekaligus menegaskan
bahwa bahan ajar merupakan hal yang pokok dan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran.
Bahan ajar digunakan untuk tujuan dan maksud tertentu. Hal ini
dikarenakan bahan ajar memiliki karakteristik dan jenis-jenis tertentu pula.
Oleh karena itu, agar kita tidak keliru dalam memanfaatkan bahan ajar, kita
perlu memahami cara penggunaan masing-masing jenis bahan ajar tersebut.
Sehingga, kita bisa mengoptimalkan pemanfaatan bahan ajar maupun kegiatan
pembelajaran itu sendiri.
Anderson (1987), dalam bukunya berjudul Selecting and Developing Media
for Instruction, menerangkan bahwa penggunaan bahan ajar dalam proses
pembelajaran dapat dipetakan menjadi tiga macam, yaitu untu tujuan koginitif,
psikomotorik, dan afektif. Lalu, bagaimana penggunaan setiap jenis bahan ajar
(cetak, model/maker, audio, audio-video, dan bahan ajar interaktif) pada tiga
tujuan (ranah) tersebut? Simak penjelasan detailnya berikut.
1. Bahan Ajar Cetak
Dalam tujuan kognitif, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk enam
tujuan. Pertama, menyampaikan informasi yang bersifat fakta, seperti kebijakan
dan prosedur atau mendeskripsikan fungsi kerja. Kedua, mengajarkan pengenalan
kembali dan/atau pembedaa stimulasi yang relevan. Ketiga, menyajikan
perbendaharaan kata yang digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Keempat,
menyajikan kosakata yang digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Kelima, menerakan
jalannya pekerjaan. Keenam, memberikan gambaran tentang lokasi, posisi, dan
situasi pekerjaan yang akan dihadapi oleh peserta didik nantinya.
Dalam tujuan psikomotorik, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk
mengajarkan langkah atau prinsip dalam keterampilan psikomotorik, menunjukan
posisi sesuatu yang sedang bergerak, atau menunjukan cara memegang suatu objek.
Namun, untuk penggambaran gerak, sukar disajikan dengan media ini.
Sementara, dalam tujuan afektif, bahan ajar cetak sebenarnya jarang
digunakan. Meskipun begitu, ada juga buku yang ditulis dengan gaya yang dapat
membangkitkan emosi dan menarik, tetapi materi latihan tentang perubahan sikap
tidak bisa disiapkan dengan tepat guna.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, jenis bahan ajar cetak memiliki
bentuk yang bermacam-macam. Bentuk yang bermacam-macam ini berimplikasi pada
pemanfaatannya yang tidak sama, sebagaimana diterangkan oleh Andriani dalam
Belawati dkk. (2003) berikut ini.
a. Handout
Handout merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang paling
sederhana. Handout dapat dikembangkan untuk beragam alasan, tetapi alasan yang paling pokok adalah untuk
melengkapi kekurangan yang ditemukan dalam bahan ajar (baik dalam bentuk cetak
maupun noncetak). Dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, handout
dapat digunakan untuk lima tujuan berikut.
Pertama, untuk bahan rujukan. Handout berisik segudang materi (baik baru
maupun pendalaman) yang penting untuk diketahui dan dikuasai oleh peserta
didik. Keuntungan lainnya adalah materi handout relatif baru, sehingga peserta
didik dapat diekspos dengan isu mutakhir. Disamping itu, komunikasi antara
peserta didik dan fasilitator dapat dikembangkan melalui handout.
Kedua, untuk pembakar motivasi. Melalui handout, fasilitator atau
pendidik dapat menyelipkan pesan-pesan sebagai motivator. Ketiga, untuk
pengingat. Materi dalam handout dapat digunakan sebagai pengingat yang bisa
dimanfaatkan peserta didik untuk mempelajari materi sesuai urutan yang
dianjurkan serta untuk melakukan kegiatan yang diminta.
Keempat, memberi umpan balik (feed-back). Umpan balik dapat
diberikan dalam bentuk handout. Hal ini tidak berhenti hanya pada pemberian
umpab balik, tetapi dapat pula diikuti dengan langkah-langkah berikutnya.
Kelima, untuk menilai hasil belajar. Tes yang diberikan dalam handout dapat
dijadikan sebagai alat ukur mekanisme untuk mengukur pencapaian hasil belajar.
Selanjutnya, agar lebih bermanfaat, maka penggunaan handout dalam proses
pembelajaran hendaknya dibarengi dengan penggunaan cara dan media yang saling
mendukung. Selain itu, pemilihan dan pemanfaatan media belajar yang
terintegrasi menjadi faktor kunci guna mendapatkan hasil pembelajaran yang
memuaskan.
b. Modul
Bentuk bahan ajar ini memuat materi pelajaran yang relevan dan dapat
memotivasi pembacanya (untuk mempelajari materi di dalam modul tersebut),
apabila dikembangkan sesuai prosedur. Modul dapat digunakan untuk beragam
keperluan dalam proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran didefinisikan
sebagai suatu sekuen, dimana seseorang mendapatkan pengalaman belajar
terencana, maka modul dapat digunakan paling tidak untuk empat keperluan
berikut ini.
Pertama, sebagai sumber belajar yang telah disusun secara terstruktur dan
terencana. Modul dikembangkan dengan memperhatikan tujuan pengajaran dalam menentukan materi yang
dikembangkan dan ditulis. Dengan kata lai,
materi dalam modul telah direncanakan sejak awal. Disamping itu, modul
disusun dengan struktur yang dapat membantu pembaca (peserta
didik/murid/siswa/mahasiswa) untuk memahami materi. Disatu sisi, hal ini akan
menuntut kita (sebagai guru/pendidik) untuk merencanakan dengan matang materi
modul yang akan dikembangkan. Dan, di sisi yang lain, pembaca diuntungkan,
karena dengan keterencanaan dan kejelasan struktur materi dalam modul akan
mempermudah mereka memilah-milah materi.
Kedua, sebagai petunjuk untuk memahami mteri yang diberikan besrta cara
mempelajarinya. Idealnya, modul dilengkapi dengan informasi tentang petunjuk
atau cara mempelajari modul tersebut. Latihan deng kegiatan juga sudah
diintegrasikan di dalamnya. Hal ini memang tidak mudah untk dilakukan. Untuk
itulah, kita diisyaratkan memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai
materi yang kita tulis. Sebab, hanya dengan pengetahuan yang komprehensif, kita
dapat mengembangkan modul yang berkualitas dan menarik.
Ketiga, sebagai motivator untuk terus membaca dan memahami materi. Gaya
tulisan dan sig posting yang digunakan akan merangsang semangat pembaca
untuk terus membaca dan memahami materi-materi di dalamnya. Modul tidak akan
marah atau memaki-maki pembaca jika mereka tidak mampu atau keliru menjawab
latihan yang diberikan. Sementara itu, pengembang modul (pendidik/guru/dosen)
juga dituntut untuk terus memajukan diri dalam menyajikan modul itu sendiri.
Keempat, sebagi alat untuk mengukur tingkat pencapaian dalam belajar.
Selain latihan yang memberikan kesempatan kepada pembaca untuk lebih memahami
materi (modul), didalam modul juga disediakan tes-tes yang diharapkan dapat
mengukur tingkat penguasaan materi (setelah) pembaca selesai mempelajarinya.
Dari keempat tujuan penggunaan modul tersebut terlihat dalam modul dapat
kita gunakan dalam setiap tahap proses
pembelajaran, mulai dari pembangkitan motivasi peserta didik,
penyampaian informasi, sampai dengan penilaian hasil belajar. Selain itu,
penggunaan modul juga dapat dimanfaatkan untuk menyulut semangat etos kerja
kita agar terus membara, untuk tanpa henti memajukan kompetensi diri.
Dalam proses pembelajaran, modul menjadi salah satu bentuk bahan ajar
yang titunjukan agar peserta didik belajar secara mandiri. Dari sini, lahirlah
dua peranan yang khas pada pendidik maupun peserta didik. Adapun peranan
pendidik dan peserta didik tersebut menurut Wijaya, dkk. (1992) adalah sebagai
berikut.
1)
Peranan
pendidik dalam sistem pembelajaran modul
Ada tujuh peranan yang dimainkan pendidik dalam sistem pembelajaran
modul. Pertama, sebagai bimbingan.pendidik bukanlah pencermah yang berbicara
panjang lebar. Pendidik memainkan fungsi sebagai pembangkit motivasi belajar.
Dalam proses pembelajaran, pendidik harus berada ditengah-tengah peserta didik
untuk memberi dorongan. Pendidik berfungsi sebagai pembuka jalan pemecahan
masalah.
Kedua, sebagai pengatur lingkungan. Pada hakikatnya, mengajar adalah
mengatur lingkungan agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
Dan, pendidik berfungsi sebagai penata lingkungan tersebut. Penata lingkungan
yang belajar relavan dengan tujuan kn membawa dampak belajar yang luar biasa
dengan sangat positif.
Ketiga, sebagai partisipan. Maksudnya, pendidik berperan sebagai peserta
ajar yang baik. Pendidik berfungsi sebagai pengatur jalannya diskusi. Ia juga
berperan sebagai pemberi arah dalam proses pembelajaran. Selain itu, seorang
pendidik harus menjadi peserta yang tahu diri akan kedudukannya sebagai
pendidik.
Keempat, sebagai konselor. Sebagai pendidik (dalam sistem pembelajaran
modul), ia harus pandai memberikan nasehat yang sesuai dengan kebetulan peserta
didik. Dalam menghadapi peserta didik yang sedang mengalami kesulitan belajar
atau keterlambatan belajar, ia harus dapat memberikan jalan kearah penyembuhannya.
Apalagi jika yang dihadapinya adalah peserta didik yang tergolong kedalam kahus
(bermsalah).
Kelima, sebagai supervisor. Pemantauan (monitoring) kegiatan
belajar adalah tugas seorang pendidik. Peran ini sangat dimungkinkan dalam
sistem pembelajaran modul. Keenam, sebagai motivator. Sebagai motivator,
pendidik harus dapat memelihara semangat belajar yang tinggi. Dengan segala
daya, pendidik tidak boleh lengah dalam menangani kemalasan belajar. Sehingga,
pada setiap kali melakukan proses pembelajaran, diharapkan pendidik dapat
berperan sebagai pendorong semangat, mood, dan gairah belajar yang
tinggi. Ketujuh, sebagai evaluator. Dalam hal ini, pendidik salalu mengisi
kegiatannya dengan mengevaluasi peserta didik pada setiap kali pelajaran
berakhir.
2)
Peranan
peserta didik dalam sistem pembelajaran modul
Peserta didik paling tidak memiliki lima peranan untuk pembelajaran yang
menggunakan modul, yaitu sebagai pemecah masalah, pembaca yang baik, pendengar
yang baik, pemikir, dan penemu konsep atau dalil.
C. LKS
LKS adalah salah satu bentuk bahan cetak (selain handout, modul, dan
buku) yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan LKS,
kita mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif
terlibat dengan materi yang dibahas. Adapun salah satu metode yang dapat kita
gunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan bahan ajar LKS
adalah dengan metode SQ3R atau survey, question, read, recite, and review
(menyurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dang mengulang).74Belawati,dkk.,
Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2003)
Pertama, tahap survey. Pada tahap ini, pesrta didik membaca secara
sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan
diberikan. Kedua, tahap question. Pada tahap ini, peserta didik kita minta
untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat
membaca materi yang diberikan.
Ketiga, tahap read. Pada tahap inni, peserta didik kita rangsang untuk memperhatikan
pengorganisasian materi serta membubuhkan tanda-tangan khusus pada materi yang
kita berikan. Contohnya, peserta didik kita minta untuk mebubuhkan tanda kurung
pada ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada tahap
question.
Keempat, tahap recite. Tahap ini menuntut peserta didik untuk menguji
diri mereka sendiri pada saat membaca dan meringkas materi dalam kalimat mereka
sendiri. Kelima, tahap review. Pada tahap ini, peserta didik di minta sesegera
mungkin melihat kembali materi yang baru saja selesai dipelajari.
2. Bahan Ajar Audio
Untuk pemanfaatan bahan ajar audio, Anderson (1987) menerangkan bahwa
penggunaan bahan ajar audio dalam proses pembelajaran terdapat pada tiga ranah,
yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pertama, untuk tujuan kognitif. Dalam tujuan kognitif, bahan ajar audio
dapat digunakan untuk mengajar pengenalan kembali dan/atau pembedaan rangsang
audio yang relevan. Misalnya, memperdengarkan bunyi atau suara mesin/alat yang
akan digunakan oleh siswa, memperdengarkan suara-suara tanda bahaya tertentu,
mengajarkan pengenalan kembali dialek dan istilah yang berhubungan dengan
pekerjaan, serta memberikan latihan pendengaran.
Selain itu, bahan ajar audio juga dapat digunakan untuk mengajarkan
berbagai aturan dan prinsip. Apabila digunakan dengan tujuan ini, biasanya
rekaman audio dilengkapi dengan atau sebagai pengganti bahan cetak atau gambar
diam film bingkai dan film rangkai. Maksudnya, untuk memberi variasi pada
latihan atau untuk memantapkan isi.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, bahan ajar audio dapat
digunakan untuk mengajar keterampilan verbal, misalnya: memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mendengar, menirukan, dan melatih kata-kata dari
bahasa asing atau kata yang belum dikenal; memberikan latihan kepada peserta
didik agar dapat mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata untuk
mengatasi masalah kesulitan berbicara; memberikan kesempatan latihan dan
memberikan respon terhadap perintah lisan; memperdengarkan latihan memberi perintah,
dengan kecepatan berbicara yang semakin meningkat; serta memperdengarkan
latihan untuk berlatih memberi reaksi terhadap bunyi tanda tanya atau tanda
lainnya, serta komunikasi atau pengajaran audio dalam keadaan darurat.
Ketiga, untuk tujuan afektif. Dalam hal ini, suasana mungkin dapat
diciptakan oleh musik latar belakang, efek suara, atau suara narator. Dengan
kondisi suasana yang nyaman, tenang, dan damai, proses pembelajaran pun dapat
diciptakan dan diwujudkan secara efektif dan menyenangkan.
Kemudian, berbicara mengenai bahan ajar audio, maka musik adalah salah
satu yang tidak mungkin terlewatkan. “Dalam sejarah manusia, musik selalu
menjadi bagian integral kehidupan,” kata Dave Meier (2003) dalam The
Accelerated Learning Handbook. Seperti halnya peluru dan senapan, musik dan
pembelajaran saling terkait. Alasannya bersifat fisiologis. Sistem limbik otak
manusia berisi alat-alat untuk memproses musik. Sistem limbik ini juga
mengandung alat-alat yang penting bagi ingatan jangka panjang.
Dalam sebuah penelitian di Universitas California, tepatnya di Irvine,
para peneliti menemukan bahwa murid yang mendengarkan musik Mozart sebelum
diuji kemampuannya memproses informasi spasial, meraih angka 8 dan 9 poin lebih
tinggi dari pada mereka yang mendengarkan rekaman pesan relaksasi verbal. Hal
ini menunjukan bahwa daya dan kemampun musik untuk meningkatkan daya ingat
sungguh dahsyat dan luar biasa. Penemuan ini juga menunjukan betapa hebat
manfaat musik bagi proses pembelajaran
seseorang.
Musik memang tidak harus selalu ada agar pembelajaran dapat berlangsng,
namun musik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara.
Seperti dikatakan oleh Meier (2003) bahwa musik dapat digunakan untuk:
menghangatkan, membuat manusiawi, dan memberdayakan lingkungan belajar, membuat
pikiran tenang, tentram, dan terbuka untuk belajar, menciptakan perasaan dan
asosiasi positif dalam diri peserta didik, menciptakan peningkatan di otak,
mendorong pembelajaran multi-indrawi atau menggunakan berbagai macam indra manusia,
serta membantu mempercepat dan meningkatkan proses pembelajaran.
Dalam sistem kerjanya, musik bekerja dengan mempengruhi perasaan,
kemudian perasaan mempengaruhi mempelajaran. Jenis musik yang tepat cenderung
mengendurkan sekaligus menggugah otak dan seluruh sistem saraf peserta didik.
Jadi, musik yang dimanfaatkan secara tepat dapat mengaktifkan kemampuan total
peserta didik lebih banyak, karena mereka mengerahkan pikiran sepenuhnya untuk
belajar.
Berikut ini, Meier (2003) menunjukan sebagian kecil dari cara
memanfaatkan musik untuk proses pembelajaran di kelas.
a. Sebagai
pendahuluan untuk pembelajaran. Memainkan musik ketika peserta didik tiba
disuatu peristiwa pendidikan dapat memberi pengaruh menggembirakan,
menghangatkan lingkungan, menggugah minat, dan menenangkan pikiran.
b. Digunakan saat istirahat. Musik pada
saat istirahat membantu mempertahankan lingkungan belajar yang menyenangkan,
sehingga membuat peserta didik tetap santai sekaligus bersemangat.
c.
Sebagai
skenario kiasan mental. Jika kita menggunakan kiasan mental untuk memecahkan
masalah, melatih keterampilan, melahirkan gagasan, atau menentukan sikap, maka
musik meditatif khusus dapat membantu menciptakan suasana hati yang tepat.
d. Untuk pratinjau konser. Materi yang
harus dipelajari peserta didik dapat ditinjau lebih dahulu dengan iringan
musik.
e.
Untuk
tinjauan konser. Kita dapat menggunakan musik untuk mengiringi tinjauan materi
belajar via OHP, slide, poster, atau pertunjukan hasil olahan komputer.
f. Untu
persentasi. Musik dapat digunakan sebagai latar belakang pembacaan cerita,
pembacaan dramatis, demosntrasi, atau persentasi dengan slide, OHP, video, atau
komputer
g.
Untuk
berlatih belajar. Musik latar belakang yang tepat dapat digunakan selama
berlangsungnya latihan belajar individual, berpasangan, atau berkelompok (tes,
pemecahan masalah, pengungkapan gagasan, penyusunan model, belajar tanpa
berbicara, dialog kelompok, dan sebagainya).
h. Untuk nyanyian dan lagu. Semua ini
dapat kita ciptakan sebagai metode agar peserta didik mengingat gagasan,
istilah, konsep kunci, dan proses, serta untuk merayakan pembelajaran.
i.
Untuk
tema. Apabila program belajar memiliki tema, musik, yang berhubungan dengan
tema dapat digunakan untuk menyesuaikan suasana hati dan melengkapi
pembelajaran.
j.
Untuk
penutup. Musik selamat jalan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang ramah
dan dapat menggugah semangat untuk menutup program atau pertemuan dan bertukar
salam perpisahan.
Sementara itu, jenis musik terbaik yang bisa kita gunakan dalam proses
pembelajaran adalah yang dapat meningkatkan keefektifan belajar peserta didik.
Musik seperti apa itu? Hal ini bisa bervariasi, bergantung pada kebudayaan dan
selera peserta didik kita. Untuk para praktisi Accelerated Learning di Barat,
mereka menyarankan menggunakan musik barok klasik. Musik “New Age” yang
berkualitas tinggi juga cocok untuk berbagai situasi. Begitu pula jenis musik
jazz, Mars Sousa atau gendang Afrika, dan musik dansa berirama dari Amerika
Selatan, semuanya bagus untuk menghasilkan situasi pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Bahan Ajar Audio-Video
Anderson (1987) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bahan ajar
video dapat digunakan untuk tiga tujuan utama, yakni kognitif, psikomotorik,
dan afektif.
Pertama, untuk tujuan kognitif. Melalui penggunaan video, beberapa tujuan
ranah kognitif dapat dikembangkan pada peserta didik, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya,
pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu benda yang bergerak, serta penyimpangan
dalam gerak interaksi antara objek dan benda.
b. Mengajarkan kepada peserta didik
pengetahuan tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu.
c.
Menunjukan
daftar kata yang dianggap penting, walaupun dianggap kurang ekonomis.
d. Menunjukan contoh cara bersikap atau
berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi.
e. Peserta
didik dapat langsung mendapat koreksi terhadap penampilan yang belum memenuhi
persyaratan, jika mereka mencobakan keterampilab atau kemampuan itu untuk
menerapkan hukum dan prinsip teetentu.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, video merupakan bahan
ajar yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilah yang menyangkut gerak.
Dengan alat ini, dapat diperjelas, baik dengan cara diperlambat maupun dipercepat.
Tujuannya adalag mengajarkan koordinasi antara alat tertentu, seperti memanjat,
berenang, dan lain sebagainya. Dengan video pula, pesrta didik bisa langsung
mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan
keterampilan yang meyangkut gerakan tadi.
Ketiga, untuk tujuan afektif. Pada tujuan ini, dengan menggunakan
berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk
mempengaruhi sikap dan emosi. Video adalah media yang sangat baik untuk
menyampaikan informasi dalam ranah afektif.
4. Bahan Ajar Interaktif
“Orang-orang dimana saja akan mampu mengikuti kursus terbaik yang dipandu
oleh guru terbaik”, kata Bill Gates. Pernyataan itu tidaklah mustahil terjadi.
Namun, siapakah yang dimaksud “guru terbaik” versi Bill Gates ini?
Sesungguhnya, jawabannya tidak jauh-jauh dari kehidupan dan bisnis yang
dikelola Bill Gates saat ini, yaitu komputer.
Komputer sangat canggih yang mampu berperan sebagai tutor maupun
perpustakaan menyediakan informasi dan umpan balik kepada peserta didik secara
cepat. Teknologi “realitas maya” (virtual reality) memungkinkan setiap
peserta didik berpartisipasi dalam berbagai pengalaman, seperti perjalanan
sejarah dan luar angkasa. Teknologi pembelajaran seperti ini memungkinkan
setiap peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Televisi, video, satelit,
komputer, dan bahan ajar interaktif, bahkan juga memberikan katalis bagi
terjadinya perubahan mendasar terhadap peran pendidik, dari informasi ke
transformasi.
Sementara itu, pemakaian bahan ajar berbasis komputer dalam proses
pembelajaran juga meliputi tiga tujuan pokok pembelajaran. Pertama, untuk
tujuan kognitif. Dalam hal ini, komputer yang menggunakan bermacam-macam tipe
terminal dapat mengontrol interaksi pengajaran, langkah dalam proses, dan
kalkulasi yang kompleks. Digabungkan dengan media lain, komputer dapat digunakan untuk mengajarkan
pengenalan atau diskriminasi dari stimulus visual dan stimulus audio yang
relevan. Kemampuan komputer untuk kegiatan pengajaran individual, terutama
disiarkan pada kemampuan pengembangan dan keterbatasan meedia yang digunakan.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Pada bagian ini, terminal komputer
adalah alat tentang dunia nyata yang sangat bagus untuk mengajarkannya programming
dan kecakapan yang serupa, bila pesrta didik mau bekerja dengan
terminal-terminal kerja. Jika digunakan dengan peralatan yang distimulasikan,
maka menjadi alat yang sangat bagus untuk menciptakan kondisi dunia yang
sebenarnya. Beberapa contoh yamg khas adalah stimulasi pendaratan pesawat
terbang, melabuhkan kapal laut, dan berbagai latihan darurat lainnya. Dalam
beberapa hal, seperangkat model atau barang tiruan dapat digunakan agar peserta
didik dapat melihat hasilnya.
Ketiga, untuk tujuan afektif. Dalam hal ini, bahan ajar berbassis komputer
sangat berguna bila digunakan seperti yang diungkapkan dalam tujuan psikometer
atau digunakan untuk mengontrol bahan-bahan video.
C.
Langkah-Langkah Penyesuaian Bahan Ajar yang Sudah Ada
Dalam institusi, sekolah, madrasah, atau kampus kita mungkin sudah
tersedia bahan ajar. Kita tentunya tidak bisa mengesampingkan dan membiarkann
begitu saja bahan-bahan ajar tersebut. Karena, sungguh sebaik apa pun bahan
ajar yang bisa kita kembangkan, tentunya tidak terlepas dari kekurangan. Itulah
sebabnya, bahan ajar yang ada, sesudah dipilih dengan hati-hati, mungkin tidak
cocok dalam hal tertentu. Bahan ajar tersebut hendaklah diubah agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah kita tentukan.
Untuk menyesuaikan bahan ajar yang sudah tersedia dan kita memiliki ini
agar lebih relevan, akomodatif, dan adaptif sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pembelajaran saat ini, Arif dan Napitupulu (1997) menyarankan sembilan
langkah berikut ini.
Pertama, tambahkan media lain pada bahan yang ada. Media-media seperti
gambar-gambar, film, film strip, transparansi, karya wisata, dan pameran, dapat
ditambahkan pada bahan bacaan yang kita miliki agar bisa jauh lebih menarik dan
memikat hati peserta didik.
Kedua, kembangkan lembar bahan ajar mandiri tambahan untuk melengkapi bahan
ajar yang telah tersedia. Lembaran-lembaran seperti ini harus membantu peserta
didik belajar memahami lebih lanjut. Dan, latihan-latihan seharusnya diberikan
bersama-sama dengan bagian diskusi.
Ketiga, sesuaikan gambar-gambar yang ditampilkan pada bahan ajar yang ada
barangkali berisi terlalu banyak rincian dan mungkin terlalu sulit dimengerti.
Bagian tertentu dari gambar boleh dipotong atau disalin dan diperbesar dengan
tambahan uaraian di bawahnya serta nama-namayang disederhanakan, untuk menolong
peserta didik agar bisa memahami dengan lebih mudah dan juga lebih baik.
Keempat, sesuaikan bagian audio dari film. Ada kalanya beberapa film
berisi narasi asing atau narasii yang teramat sulit, sehingga tidak mudah
dimengerti. Hal ini bisa diantisipasi dan diatasi dengan menunjukan gambar,
sedangkan untuk narasinyadapat kita buat sendiri dengan menggunakan mikrofon
tambahan. Film-film dapat dipertontonkan seddikit demisedikit (hidup mati),
sehingga peserta didik dapat menggunakan waktu saat film berhenti untuk
berdiskusi.
Kelima, terjemahkan ke dalam “bahasa ibu” peserta didik, seandainya bahan
ajar asli ditulis dalam bahasa asing, semisal bahasa inggris. Karena peserta
didik adalah warga negara Indonesia dan memang asli orang Indonesia, bahan ini
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ibu mereka, yaitu bahasa Indonesia. Selain
itu, bahan ajar dapat pula dikembangkan menurut dialek yang digunakan di suatu
negara, kota, desa, atau daerah, dan dapat pula diterjemahkan ke dalam dialek
lain dengan alasan yang tidak berbeda.
Keenam, sesuaikan gambar-gambar untuk mengungkapkan keadaan sesungguhnya
dari lingkungan peserta didik. Hal penting yang harus diingat bahwa bahan ajar
yang dikembangkan pada suatu lingkungan yang lain. Semisal, bahan ajar yang
dikembangkan dan diproduksi di kota besar (metrapolitan) atau tanah datar
mungkin tidak sesuai dengan kenyataan dipelosok desa pada sebuah lembah,
gunung, atau perbukitan. Menyesuaikan gambar, terutama dikaitkan dengan pakaian
atau kostum, rumah, pertanian, pepohonan, dan pemandangan alam, mungkin akan
membantu peserta didik pada suatu lingkungan untuk memahami secara lebih jelas
hubungan hal-hal tersebut dengan mereka sendiri.
Ketujuh, sesuaikan bahasa yang dipakai dengan tingkat pemahaman peserta
didik. Bahan ajar yang disusun untuk daerah perkotaan atau kelompok manusia
tertentu umumnya berisi kata-kata, ungkapan, dan kalimat-kalimat yang melampaui
tingkat pemahaman peserta didik, terutama di daerah terpencil. Hal ini
disebabkan oleh realitas bahwa kelompo yang berbeda memperoleh kesempatan yang
berbeda dalam penggunaan bahasa nasional. Oleh sebab itu, kita perlu membuat
penyesuaian dari versi yang lebih sulit ke yang lebih mudah dan sederhana.
Kedelapan, sesuaikan cara penyajian dengan menggunakan media campuran. Penggunaan kombinasi
lebiih dari satu media dalam penyajian bisa membuat bahan ajar lebih menarik.
Contohnya, gambar putaran yang menggambarkan suatu set (susunan) peristiwa
dengan deskripsi huruf-huruf dapat dibuatlebih menarik dengan menggunakan
rekaman dialog yang disertaai iringan musik latar.
Kesembilan, gunakan ajar berbiaya ringan dan murah sebagai alternatif
bahan ajar harga yang lebih mahal. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan nyata
tidak mungkin di tunjukkan kepada peserta didik, karena biaya tinggi. Misalnya,
sangat tidak praktis jika membawa kereta api, kapal terbang, kapal laut,
traktor, truk kontainer, dan sejenisnya ke ruang kelas. Penggantinya mseti
ditampilkan dengan bahan-bahan yang lebih murah dan yang terdapat didaerah
setempat.
Itulah sembilan hal yang bisa kita lakukan untuk menyesuaikan bahan ajar
yang sudah tersedia dan kita miliki ini agar lebih relevan, akomodatid, dan
adaptif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembelajaran saat ini. Sebagaimana
telah beberapa kali disinggung di muka, bahwa tidak ada alat tunggal yang
menjadi alat bantu terbaik dalam semua kegiatan pembelajaran. Bahkan dalam
ha,pir semua hla, bahan ajar pelengkap dibutuhkan untuk mendorong sekaligus
menstimulasi tingkat efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Bahan ajar
orisinal pun bisa dimodifikasi agar cocok dan pas dengan berbagai tingkat
peserta didik dalam memasuki program pembelajaran. Intinya, sebagai pendidik,
kita harus bijak dan kreatif dalam menggunakan bahan ajar yang telah ada.
semoga bermanfaat -_-
BalasHapusThe best casinos and poker games - Dr. MCD
BalasHapusYou will see 강원도 출장안마 casino games 나주 출장샵 at several casinos in the state. It's called the Golden 구미 출장안마 Nugget, 경주 출장마사지 and 경상북도 출장마사지 you're not allowed to play games at the